Tari Sanghyang

Tari Sanghyang merupakan tari kerauhan (trance) karena kemasukan roh (bidadari kahyangan dan binatang lainnya yang memiliki kekuatan merusak seperti babi hutan, monyet, atau yang mempunyai kekuatan gaib lainnya). Tari ini adalah warisan budaya Pra-Hindu yang dimaksudkan sebagai penolak bahaya, yaitu dengan membuka komunikasi spiritual dari warga masyarakat dengan alam gaib. Tarian ini dibawakan oleh penari putri maupun putra dengan iringan paduan suara pria dan wanita yang menyanyikan tembang-tembang pemujaan. Di daerah Sukawati-Gianyar, tari ini juga diiringi dengan Gamelan Palegongan.


Lukisan Mistik Tari Sanghyang Bali Circa 1937

Di dalam Tari Sanghyang menurut Babad Bali,  selalu ada tiga unsur penting yaitu asap/ api, Gending Sanghyang dan medium (orang atau boneka).

Penyelenggaraannya melalui tiga tahap penting yaitu:
1. Nusdus.

Upacara penyucian medium dengan asap/ api
2. Masolah.

Penari yang sudah kemasukan roh mulai menari
3. Ngalinggihang.

Mengembalikan kesadaran medium dan melepas roh yang memasuki dirinya untuk kembali ke asalnya.

Beberapa jenis tari Sanghyang yang hingga kini masih ada di Bali, antara lain:
- Sanghyang Dedari
- Sanghyang Jaran
- Sanghyang Deling
- Sanghyang Sampat
- Sanghyang Bojog
- Sanghyang Celeng

Tari Sanghyang Dedari